Senin, 05 April 2010

Enaknya buah Pepaya


Pepaya termasuk buah yang sangat murah dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Yang paling sering didengar, pepaya sangat bagus untuk pencernaan dan mengandung banyak vitamin. Namun, masyarakat umumnya agak enggan mengonsumsinya dengan alasan yang tidak jelas.

Sebagian menyebut tidak tahan terhadap getahnya yang gatal, lainnya merasa repot dalam menyajikannya. Tetapi, kini banyak hotel berbintang yang menyediakan jus pepaya sebagai hidangan makan pagi, dan ternyata peminatnya juga cukup banyak.

Menurut VN Villegas dalam tulisannya yang dimuat Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang Dapat Dimakan, sekitar 60 persen buah pepaya yang masak dapat dimakan. Setiap 100 gram pepaya rata-rata mengandung 86,6 gram air, 0,5 gram protein, 0,3 gram lemak, 12,1 gram karbohidrat, 0,7 gram serat, 0,5 gram abu, 34 miligram kalsium, 11 miligram fosfor, satu miligram besi, tiga miligram kalium, 450 miligram vitamin A, 74 miligram vitamin C, 0,03 miligram tiamina, 0,5 miligram niasina, dan 0,04 miligram riboflavin. Nilai energinya 200 kJ/100 gram serta kandungan gula utamanya adalah sukrosa (48,3 persen), glukosa (29,8 persen), dan fruktosa (21,9 persen).

Selain sebagai buah matang yang bisa diperoleh sepanjang tahun, pepaya juga digunakan untuk bahan rujak, minuman penyegar, agar-agar, selai, kue, dan buah beku. Di Jawa, bunga pepaya juga banyak dijadikan manisan dan daun mudanya untuk lauk atau jamu. Karpaina, semacam alkaloid yang terkandung dalam pepaya dapat digunakan untuk mengurangi gangguan jantung, obat anti-amuba, dan obat peluruh kencing.

Masih menurut Villegas, ahli pepaya dari Institute of Plant Breeding, University of the Philippines at Los Banos (UPLB), di beberapa negara pepaya ditanam di perkebunan besar untuk diekstrak papain-nya, yaitu suatu enzim proteolitik yang terdapat dalam getahnya yang disadap dari buah mudanya.

Papin memiliki beberapa manfaat dalam industri minuman, makanan dan obat-obatan, pada bir penawar rasa dingin, pengempuk daging, ramuan obat penyembuh pencernaan, serta obat luka kelemayuh. Selain itu, dapat juga untuk merendam kulit, menghilangkan perekat pada sutra, dan melembutkan wol. Kita juga sering melihat penjual sate yang membungkus daging mentahnya dengan daun pepaya agar menjadi lebih empuk.

Beberapa literatur menyebutkan, pohon pepaya bisa hidup sampai usia 25 tahun atau lebih, namun produksi buah tertingginya pada usia 2-3 tahun. Menurut pengalaman para petani di Malang, pada usia lima tahun produktivitasnya sudah jauh menurun dan pohonnya mudah mati karena berbagai hal. Karena itu, para petani umumnya membongkar tanamannya setelah berusia sekitar empat tahun.

Bibit pepaya thailand sebagian bisa berubah menjadi “pepaya jawa” atau pepaya jingga, dan ini kurang digemari pedagang. Alasannya, buah pepaya jawa/jingga lebih lembek dibandingkan dengan pepaya thailand sehingga sangat berisiko rusak (hancur) jika dikirim keluar kota. Rasanya pun kalah manis dibanding pepaya thailand.

Selain kedua jenis pepaya tersebut, di kawasan Malang juga masih ada “pepaya meksiko” yang ukuran buahnya jauh lebih kecil. Rata-rata beratnya hanya 250-300 gram, satu kilogram timbangan umumnya berisi tiga buah. Sebagian konsumen di Malang menyukai pepaya ini karena seseorang bisa menghabiskan satu buah untuk sekali makan. “Seperti makan mangga,” kata seorang dokter yang tak mau disebut namanya. Itu memang berbeda dengan pepaya thailand/jingga/jawa, sebuah cukup untuk 3-4 orang sekali makan. Bagi keluarga kecil jenis ini kurang cocok karena pepaya yang sudah dibelah dan tersisa jadi kurang enak dimakan keesokan harinya.

Buah yang konon berasal dari Amerika tropik ini sudah menyebar di banyak negara. Produsen utama buah ini adalah Brasil, Meksiko, Indonesia, Zaire, Thailand, Filipina, dan Malaysia. Pasar dunia masih cukup terbuka, namun sulit dipenuhi oleh negara-negara yang berjauhan karena karakter buah pepaya yang mudah rusak

Sumber: http://www.kompas.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar